ISTIMEWA/BeritaMadura.id
GAYENG: Dari kiri, Anggota DPRD Jatim Harisandi Savari, Anggota DPRD Sumenep Akhmadi Yasid, Aktivis KNPI Jatim Noer Faisal dan Notaris Naghfir di acara Jatim Berdialog: Menatap Perekonomian Jawa Timur di Era Transisi Kepemimpinan Nasional di Unija Sabtu (19/10).
BeritaMadura.id, SUMENEP-Nasib petani tembakau dan garam di Pulau Garam selalu berada pada posisi terombang-ambing.
Hal itu dikarenakan meski kualitas tembakau-garam bagus, harga kerap tak berpihak kepada mereka.
“Sekarang saja awal bagus harga, semakin kesini turun tapi sekarang naik lagi, petani tetap yang resah,” ujar Akhmadi Yasid, anggota DPRD Sumenep.
Pernyataan itu disampaikan dalam acara Jatim Berdialog: Menatao Masa Depan Perekonomian Jawa Timur di Era Transisi Kepemimpinan Nasional di Unija Sabtu (19/10) siang.
Politisi PKB itu menjelaskan, pemerintah sudah berusaha menjaga stabilitas harga. Yakni, dengan membuat regulasi berbentuk Perbup yang mengatur break even point (BEP) harga tembakau atau titik impas harga tembakau.
“Namun regulasi yang ada sifatnya tidak bisa eksekutorial, artinya cenderung tak dianggap Perbup yang mengatur titik impas harga tembakau itu. Gudang cenderung membeli sesuai selera, dengan dalih kualitas,” papaenya.
Acara Jatim Berdialog: Menatap Perekonomian Jawa Timur di Era Transisi Kepemimpinan Nasional itu dihadiri para narasumber: Harisandi Savari (DPRD Jatim), Akhmadi Yasid (DPRD Sumenep), Noer Faisal (aktivis KNPI) dan Naghfir (Notaris).
Disisii lain, petani diharapkan menjaga kualitas tembakau Madura dengan tidak asal mencampur dengan tembakau lain.
Menurut Noer Faisal, jika kualitas tembakau batus maka pemerintah harus hadir dengan memastikan harga sesuai BEP. “Regulasi dijaga dengan harus ada sanksi tegas,” tandasnya. (Abd Mukid)